Speed Action Do The Best
Thursday, November 26, 2015
Panduan Praktis dalam Kehidupan
Santapan
Harian
Panduan
Praktis dalam Kehidupan
Amsal 20:16-30
Ambillah pakaian orang yang menanggung orang lain, dan tahanlah dia
sebagai sandera ganti orang asing. 17 Roti hasil tipuan sedap
rasanya, tetapi kemudian mulutnya penuh dengan kerikil. 18 Rancangan
terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah dengan siasat. 19
Siapa mengumpat, membuka rahasia, sebab itu janganlah engkau bergaul dengan
orang yang bocor mulut. 20 Siapa mengutuki ayah atau ibunya,
pelitanya akan padam pada waktu gelap. 21 Milik yang diperoleh
dengan cepat pada mulanya, akhirnya tidak diberkati. 22 Janganlah
engkau berkata: "Aku akan membalas kejahatan," nantikanlah TUHAN, Ia
akan menyelamatkan engkau. 23 Dua macam batu timbangan adalah
kekejian bagi TUHAN, dan neraca serong itu tidak baik. 24 Langkah
orang ditentukan oleh TUHAN, tetapi bagaimanakah manusia dapat mengerti jalan
hidupnya? 25 Suatu jerat bagi manusia ialah kalau ia tanpa berpikir
mengatakan "Kudus", dan baru menimbang-nimbang sesudah bernazar. 26
Raja yang bijak dapat mengenal orang-orang fasik, dan menggilas mereka
berulang-ulang. 27 Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki
seluruh lubuk hatinya. 28 Kasih dan setia melindungi raja, dan
dengan kasih ia menopang takhtanya. 29 Hiasan orang muda ialah
kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban. 30 Bilur-bilur yang
berdarah membersihkan kejahatan, dan pukulan membersihkan lubuk hati.
Sebagai umat Allah, penting sekali bagi kita memperhatikan
bagaimana menjalani kehidupan yang benar di hadapan-Nya. Kesekian kalinya
pengamsal mengajarkan banyak nilai kehidupan yang praktis untuk diterapkan
dalam keseharian kita sebagai umat Allah.
Pada bagian ini, pengamsal menyoroti dua bagian besar, yaitu
mengenai perbuatan dan perkataan. Secara khusus pengamsal menyoroti mengenai
perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh umat Allah, misalnya: perbuatan yang
menipu (17), perbuatan yang ingin mendapatkan sesuatu dengan cepat tetapi tidak
benar (21), perbuatan curang (23). Selain perbuatan jahat, pengamsal juga
menyoroti mengenai perkataan yang tidak benar, seperti: perkataan yang
membocorkan rahasia (19), mengutuki orangtua (20), mengutuki orang lain (22),
bersumpah tanpa pertimbangan (25).
Mengapa semua perkataan dan perbuatan tersebut tidak boleh kita
lakukan? Karena semuanya itu akan mencelakakan hidup kita, menjadi batu
sandungan bagi orang-orang di sekitar, dan tidak memuliakan Allah. Jika
demikian, apa yang perlu diperbuat agar kita menjalani hidup dengan benar?
Pengamsal memberikan beberapa langkah praktis yang dapat kita terapkan dalam
hidup sehari-hari, antara lain: Pertama, jika berjanji untuk menanggung orang
lain, maka kita harus komitmen untuk bertanggungjawab (16). Kedua, apabila
menjadi pemimpin, kita haruslah bijak (26) dan penuh kasih (28). Ketiga, dalam
membuat rencana, pertimbangkan segala sesuatu dengan baik (18). Keempat, dalam
menjalani hidup, andalkanlah Tuhan (24).
Marilah belajar menerapkan kebenaran firman ini dalam kehidupan
kita. Buatlah perencanaan dan komitmen di hadapan Tuhan untuk diterapkan dalam
keluarga, pergaulan, pekerjaan, dan pelayanan, sehingga kehidupan kita
selangkah demi selangkah dapat menjadi berkat bagi sesama serta memuliakan
Tuhan. [MFS]
Kecongkakan Mendahului Kehancuran
Santapan
Harian
Kecongkakan
Mendahului Kehancuran
Amsal 16:17-33
Menjauhi kejahatan itulah jalan orang jujur;
siapa menjaga jalannya, memelihara nyawanya. 18 Kecongkakan
mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. 19
Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati dari pada membagi
rampasan dengan orang congkak. 20 Siapa memperhatikan firman akan
mendapat kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada TUHAN. 21
Orang yang bijak hati disebut berpengertian, dan berbicara manis lebih dapat
meyakinkan. 22 Akal budi adalah sumber kehidupan bagi yang
mempunyainya, tetapi siksaan bagi orang bodoh ialah kebodohannya. 23
Hati orang bijak menjadikan mulutnya berakal budi, dan menjadikan bibirnya
lebih dapat meyakinkan. 24 Perkataan yang menyenangkan adalah
seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang. 25
Ada jalan yang
disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut. 26 Rasa lapar bekerja
untuk seorang pekerja, karena mulutnya memaksa dia. 27 Orang yang
tidak berguna menggali lobang kejahatan, dan pada bibirnya seolah-olah ada api
yang menghanguskan. 28 Orang yang curang menimbulkan pertengkaran,
dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib. 29 Orang yang
menggunakan kekerasan menyesatkan sesamanya, dan membawa dia di jalan yang
tidak baik. 30 Siapa memejamkan matanya, merencanakan tipu muslihat;
siapa mengatupkan bibirnya, sudah melakukan kejahatan. 31 Rambut
putih adalah mahkota yang indah, yang didapat pada jalan kebenaran. 32
Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya,
melebihi orang yang merebut kota .
33 Undi dibuang di pangkuan, tetapi setiap keputusannya berasal dari
pada TUHAN.
Seorang ahli sejarah yang bernama Arnold Toynbee
mengatakan, masyarakat akan mati oleh karena bunuh diri, bukan karena pembunuhan.
Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa bahaya terbesar kemanusiaan adalah
manusia itu sendiri. Alkitab menegaskan bahwa bahaya ini ada karena manusia
sudah jatuh dalam dosa (Rm 6:23, 3:23).
Amsal 16:17-33 memaparkan fakta kehidupan yang
layak dijadikan perenungan. Pengamsal menegaskan bahwa kebaikan dan kebahagiaan
akan datang atas mereka yang percaya kepada TUHAN (20). Selain itu, pengamsal
mengingatkan bahwa manusia bukanlah penentu hidup mereka sehingga manusia bisa
melakukan segala sesuatu dengan sewenang-wenang. Artinya, manusia tidak
memiliki kuasa apapun atas kehidupan mereka, "Undi dibuang di pangkuan,
tetapi setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN" (33). Karena itulah
kita perlu menjadi bijaksana dengan kehidupan dan memikirkan tentang TUHAN
dalam hidup yang sementara ini.
Kecongkakan manusia terjadi saat mereka
menganggap dirinya lebih penting daripada Allah. Ini satu kekejian di hadapan
Tuhan. Pengamsal mengingatkan bahwa ajaran tersebut seolah-olah terlihat lurus
dan benar, tetapi ujungnya membawa manusia kepada maut (15). Itulah hakekat dan
esensi dari dosa.
Jadi, apa yang kita bisa kita lakukan? Alkitab
mengajak kita untuk merenungi panggilan Kristus yang berkata: "Marilah
kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang
Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Mat 11:28-30).
Dengan demikian, Arnold Toynbee pernah
menuliskan, "Cepat atau lambat, manusia akan tiba kepada saat untuk
mengambil keputusan: apakah dia akan menyembah kekuatannya sendiri atau tunduk
kepada kekuatan Allah." Bila saat itu datang kepada anda, pilihan seperti
apakah yang anda ambil? [IBS]
Arah Langkah Manusia
Santapan
Harian
Arah
Langkah Manusia
Amsal 16:1-16
Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati,
tetapi jawaban lidah berasal dari pada TUHAN. 2 Segala jalan orang
adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. 3
Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. 4
TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik
dibuat-Nya untuk hari malapetaka. 5 Setiap orang yang tinggi hati
adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. 6
Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang
menjauhi kejahatan. 7 Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang,
maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia. 8 Lebih baik
penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa
keadilan. 9 Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah
yang menentukan arah langkahnya. 10 Keputusan dari Allah ada di
bibir raja, kalau ia mengadili mulutnya tidak berbuat salah. 11
Timbangan dan neraca yang betul adalah kepunyaan TUHAN, segala batu timbangan
di dalam pundi-pundi adalah buatan-Nya. 12 Melakukan kefasikan
adalah kekejian bagi raja, karena takhta menjadi kokoh oleh kebenaran. 13
Bibir yang benar dikenan raja, dan orang yang berbicara jujur dikasihi-Nya. 14
Kegeraman raja adalah bentara maut, tetapi orang bijak memadamkannya. 15
Wajah raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya seperti awan hujan
musim semi. 16 Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh
emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak.
Ketika kita membaca hidup tokoh Alkitab bernama
Henokh, kita mungkin bertanya-tanya, "Apa yang terjadi dengannya?"
Catatan Alkitab hanya menuliskan, "Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah,
lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah" (Kej 5:24).
Pengamsal memberikan nasihat abadi kepada para
pembacanya bahwa "memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas,
dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak"
(16). Pertanyaannya: bagaimana kita dapat memperolehnya? Dalam Amsal 16:1-4,
penulis Amsal menegaskan bahwa jawaban dari segala kehidupan dan pergumulannya
adalah Tuhan Allah, bukan manusia. Manusia memiliki hikmat dan pertimbangan,
tetapi Allah yang menjadikan segala hal. Allah yang penuh kasih dan kemurahan
memberikan undangan kepada manusia untuk bersekutu dengan-Nya (7). Karena itu
amatlah penting bagi kita untuk mengenali nilai-nilai kebenaran dan
mempraktekkannya (8-15). Sikap demikian hanya bisa diperoleh ketika kita
belajar untuk menyerahkan segala rencana kita kepada Tuhan (5). Allah adalah
TUHAN yang menciptakan segala sesuatu di dunia dengan arah dan tujuan masing-masing
(4), dan Dia juga sanggup melihat dan menguji isi hati manusia (2, 5). Takut
akan TUHAN haruslah menjadi sikap hidup yang mendasari semua perbuatan dan
penilaian kita (6).
Dalam suratnya, rasul Petrus menuliskan,
"Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya
kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya,
sebab Ia yang memelihara kamu." (1Ptr 5:6-7). Nasihat senada juga
diajarkan oleh Paulus, "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa.
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di
dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1Tes 5:16-18). Jelas terlihat bahwa Allah
menghendaki agar terang kebenaran Kristus ada di dalam kita dan Ia menghendaki
kita menggapainya. Sebab itu jangan berhenti berharap dan berserah kepada
Kristus. [IBS]
Wednesday, November 25, 2015
Monday, November 23, 2015
Thursday, November 19, 2015
Mendidik di dalam Tuhan
Santapan
Harian
Mendidik di
dalam Tuhan
Amsal 19:18-29
Hajarlah
anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau menginginkan kematiannya. 19
Orang yang sangat cepat marah akan kena denda, karena jika engkau hendak
menolongnya, engkau hanya menambah marahnya. 20 Dengarkanlah nasihat
dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan. 21
Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.
22 Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih
baik orang miskin dari pada seorang pembohong. 23 Takut akan Allah
mendatangkan hidup, maka orang bermalam dengan puas, tanpa ditimpa malapetaka. 24
Si pemalas mencelup tangannya ke dalam pinggan, tetapi tidak juga
mengembalikannya ke mulut. 25 Jikalau si pencemooh kaupukul, barulah
orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, jikalau orang yang berpengertian
ditegur, ia menjadi insaf. 26 Anak yang menganiaya ayahnya atau
mengusir ibunya, memburukkan dan memalukan diri. 27 Hai anakku,
jangan lagi mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari
perkataan-perkataan yang memberi pengetahuan. 28 Saksi yang tidak
berguna mencemoohkan hukum dan mulut orang fasik menelan dusta. 29
Hukuman bagi si pencemooh tersedia dan pukulan bagi punggung orang bebal.
Kita tentu menyadari pentingnya mendidik anak sejak dini. Bukan
hanya pendidikan secara pengetahuan, melainkan juga secara karakter dan
kerohanian. Pendidikan pengetahuan, karakter, dan kerohanian merupakan tiga
elemen penting untuk diajarkan secara seimbang kepada anak-anak. Keseimbangan
pendidikan seperti itu juga terlihat di dalam amsal ini.
Pengamsal mengajarkan tujuan dari mendidik anak, yaitu agar dalam
menjalani hidup, sang anak menjadi bijak (20), tidak hidup mempermalukan diri
(26), dan tidak hidup menyimpang (27). Demi mencapai tujuan tersebut, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diterapkan, dalam mendidik di mana
pengamsal menyoroti perilaku orang-orang di sekitar: Jangan menjadi pembohong
(22), pemarah (19), pemalas (24), dan pencemooh (25, 28, 29).Memiliki beragam
sikap tersebut sangatlah penting, agar anak dapat menjalani hidup dengan bijak,
tidak mempermalukan dirinya sendiri, dan tidak menyimpang dari jalan Tuhan.
Lalu, apa yang perlu dilakukan agar sang anak tidak menjadi pembohong, pemarah,
pemalas, dan pencemooh? Pengamsal mengajarkan agar anak yang dididik
memperhatikan didikan (20), hidup mengandalkan Tuhan (21), berlaku setia (22),
dan hidup takut akan Allah (23). Meski kebenaran ini soal mendidik anak,
sesungguhnya kebenaran ini berlaku bagi setiap kita.
Hai para orangtua, perhatikanlah firman Tuhan ini! Didiklah
anak-anakmu sungguh-sungguh sesuai kebenaran firman Tuhan agar hidupnya benar,
tidak mempermalukan, dan tidak menyimpang. Hai anak-anak muda, perhatikanlah
firman Tuhan ini! Jangan jauhkan didikan dari hidupmu. Takutlah akan Tuhan,
agar hidupmu menjadi bermakna, tidak berlalu dengan sia-sia! [MFS]
Yang Tidak Benar dan yang Benar
Santapan
Harian
Yang Tidak
Benar dan yang Benar
Amsal 20:1-15
Anggur
adalah pencemooh, minuman keras adalah peribut, tidaklah bijak orang yang
terhuyung-huyung karenanya. 2 Kegentaran yang datang dari raja
adalah seperti raung singa muda, siapa membangkitkan marahnya membahayakan
dirinya. 3 Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi perbantahan,
tetapi setiap orang bodoh membiarkan amarahnya meledak. 4 Pada musim
dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka
tidak ada apa-apa. 5 Rancangan di dalam hati manusia itu seperti air
yang dalam, tetapi orang yang pandai tahu menimbanya. 6 Banyak orang
menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya? 7
Orang benar yang bersih kelakuannya--berbahagialah keturunannya. 8
Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala yang
jahat dengan matanya. 9 Siapakah dapat berkata: "Aku telah
membersihkan hatiku, aku tahir dari pada dosaku?" 10 Dua macam
batu timbangan, dua macam takaran, kedua-duanya adalah kekejian bagi TUHAN. 11
Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan
jujur kelakuannya. 12 Telinga yang mendengar dan mata yang melihat,
kedua-duanya dibuat oleh TUHAN. 13 Janganlah menyukai tidur, supaya
engkau tidak jatuh miskin, bukalah matamu dan engkau akan makan sampai kenyang.
14. "Tidak baik! Tidak baik!", kata si pembeli, tetapi
begitu ia pergi, ia memuji dirinya. 15 Sekalipun ada emas dan
permata banyak, tetapi yang paling berharga ialah bibir yang berpengetahuan.
Dalam konteks zaman yang serba pragmatis, relatif, dan konsumtif,
batasan antara yang benar dan salah; baik dan yang tidak baik sudah menjadi
semakin buram. Tanpa disadari, banyak orang sudah terpengaruh semangat zaman
ini di mana apa yang benar dan salah menjadi relatif. Seolah-olah segala
sesuatu diarahkan bergantung kepada kepercayaan dan pandangan masing-masing
orang.
Tidak demikian halnya pandangan pengamsal mengenai apa yang benar
dan yang tidak benar. Pengamsal dengan tegas mengajarkan hal ini kepada umat
Allah. Menurut pengamsal, beberapa profil kepribadian yang tidak benar di dalam
hidup ini, antara lain: peminum (1), orang yang suka membangkitkan amarah orang
lain (2), orang bodoh yang pemarah (3), pemalas (4, 13), dan orang yang berlaku
curang (10, 14). Orang-orang seperti demikian hidupnya hanya akan menyusahkan
orang lain dan mencelakakan dirinya sendiri.
Jika demikian, lalu menurut pengamsal, perilaku yang bagaimanakah
yang benar dan yang seharusnya dilakukan umat Allah di dalam hidupnya? Yaitu,
menjauhi perbantahan (3), merancang hidupnya dengan baik (5), hidup dengan
setia (6), berlaku bersih dan jujur (11), serta bijaksana dalam perkataan (15).
Semua perilaku seperti ini akan membawa manfaat bagi diri sendiri dan
orang-orang di sekitar kita. Terlebih lagi, sikap hidup seperti itu akan
mencerminkan karakter Allah melalui hidup kita.
Mari jalani hidup ini dengan benar di hadapan Tuhan. Belajarlah
dari firman Tuhan hari ini, yakni: jauhilah perbantahan dan pertengkaran yang
tidak perlu, rencanakanlah hidupmu dengan baik, hiduplah dengan bersih dan
jujur di hadapan Tuhan, bijaksanalah dalam perkataan dan perbuatan, hiduplah
setia dengan pasanganmu, keluargamu, dan terlebih lagi kepada Tuhan. Semua itu
agar kehidupan kita menjadi cerminkan kemuliaan Tuhan. [MFS]
Tuesday, November 17, 2015
Hidup Berakal Budi dan Berbelas Kasihan
Santapan
Harian
Hidup
Berakal Budi dan Berbelas Kasihan
Amsal 19:1-17
Lebih
baik seorang miskin yang bersih kelakuannya dari pada seorang yang serong
bibirnya lagi bebal. 2 Tanpa pengetahuan kerajinanpun tidak baik;
orang yang tergesa-gesa akan salah langkah. 3 Kebodohan menyesatkan
jalan orang, lalu gusarlah hatinya terhadap TUHAN. 4 Kekayaan
menambah banyak sahabat, tetapi orang miskin ditinggalkan sahabatnya. 5
Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan
kebohongan tidak akan terhindar. 6 Banyak orang yang mengambil hati
orang dermawan, setiap orang bersahabat dengan si pemberi. 7 Orang
miskin dibenci oleh semua saudaranya, apalagi sahabat-sahabatnya, mereka
menjauhi dia. Ia mengejar mereka, memanggil mereka tetapi mereka tidak ada
lagi. 8 Siapa memperoleh akal budi, mengasihi dirinya; siapa
berpegang pada pengertian, mendapat kebahagiaan. 9 Saksi dusta tidak
akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan
binasa. 10 Kemewahan tidak layak bagi orang bebal, apalagi bagi
seorang budak memerintah pembesar. 11 Akal budi membuat seseorang
panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran. 12
Kemarahan raja adalah seperti raung singa muda, tetapi kebaikannya seperti embun
yang turun ke atas rumput. 13 Anak bebal adalah bencana bagi
ayahnya, dan pertengkaran seorang isteri adalah seperti tiris yang tidak
henti-hentinya menitik. 14 Rumah dan harta adalah warisan nenek
moyang, tetapi isteri yang berakal budi adalah karunia TUHAN. 15
Kemalasan mendatangkan tidur nyenyak, dan orang yang lamban akan menderita
lapar. 16 Siapa berpegang pada perintah, memelihara nyawanya, tetapi
siapa menghina firman, akan mati. 17 Siapa menaruh belas kasihan
kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu.
Pelajaran berharga dari pengamsal kali ini adalah pelajaran
tentang hidup yang berakal budi (1, 2-5, 8, 10-11, 13-15, 16) dan berbelas
kasihan (4, 6-7, 12, 17). Ya, dua cara hidup ini sangat penting untuk dipelajari
dan dilakukan di dalam keseharian kita sebagai umat Allah. Menurut pengamsal,
menjalani hidup yang berakal budi berarti memegang perintah firman Tuhan (8,
6), berkelakuan bersih (1), panjang sabar dan mengampuni (11), tidak
tergesa-gesa (2), tidak bodoh (3), tidak berbohong atau berdusta (5, 9), tidak
bebal (10, 13), dan tidak malas (15). Menjalani hidup yang seperti ini bukannya
tanpa hasil. Pengamsal menegaskan bahwa ada hasil yang didapat dari hidup yang
berakal budi, yaitu orang itu sesungguhnya sedang memelihara nyawa (16) dan
mengasihi diri (8a), dan ia akan mendapat kebahagiaan (8b).
Selanjutnya, mengenai hidup yang berbelas kasihan. Menjalani hidup
yang berbelas kasihan berarti hidup dengan memperhatikan orang miskin dan lemah
(4, 7, 17), dermawan (6), dan berbuat baik (12). Dengan kata lain, menjalani
hidup yang berbelas kasihan berarti mewujudkan kepedulian terhadap orang-orang
di sekitar kita yang membutuhkan pertolongan dan kebaikan.
Mengapa pengamsal mendorong umat Allah untuk menjalani dua cara
hidup ini? Agar kehidupan umat Allah mencerminkan karakter Allah itu sendiri.
Sebagaimana kita ketahui, Allah kita adalah Allah yang benar dan penuh kasih.
Dengan menjalani kedua gaya
hidup seperti itu, hidup yang berakal budi dan berbelas kasihan, sesungguhnya
kita sedang menjalani hidup yang mencerminkan kebenaran dan kasih Allah bagi
orang-orang di sekitar kita. Sekali lagi, perhatikanlah bagaimana kita hidup.
Sudahkah hidup anda berakal budi dan berbelas kasihan? [MFS]
Monday, November 16, 2015
Tuhan, Menara yang Kuat
Santapan Harian
Tuhan, Menara yang Kuat
Amsal 18:1-24
Orang
yang menyendiri, mencari keinginannya, amarahnya meledak terhadap setiap
pertimbangan. 2 Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka
membeberkan isi hatinya. 3 Bila kefasikan datang, datanglah juga
penghinaan dan cela disertai cemooh. 4 Perkataan mulut orang adalah
seperti air yang dalam, tetapi sumber hikmat adalah seperti batang air yang
mengalir. 5 Tidak baik berpihak kepada orang fasik dengan menolak
orang benar dalam pengadilan. 6 Bibir orang bebal menimbulkan
perbantahan, dan mulutnya berseru meminta pukulan. 7 Orang bebal
dibinasakan oleh mulutnya, bibirnya adalah jerat bagi nyawanya. 8
Perkataan pemfitnah seperti sedap-sedapan, yang masuk ke lubuk hati. 9
Orang yang bermalas-malas dalam pekerjaannya sudah menjadi saudara dari si
perusak. 10 Nama TUHAN adalah menara yang kuat, ke sanalah orang
benar berlari dan ia menjadi selamat. 11 Kota yang kuat bagi orang kaya ialah hartanya
dan seperti tembok yang tinggi menurut anggapannya. 12 Tinggi hati
mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. 13
Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan
kecelaannya. 14 Orang yang bersemangat dapat menanggung
penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah? 15
Hati orang berpengertian memperoleh pengetahuan, dan telinga orang bijak
menuntut pengetahuan. 16 Hadiah memberi keluasan kepada orang,
membawa dia menghadap orang-orang besar. 17 Pembicara pertama dalam
suatu pertikaian nampaknya benar, lalu datanglah orang lain dan menyelidiki
perkaranya. 18 Undian mengakhiri pertengkaran, dan menyelesaikan
persoalan antara orang-orang berkuasa. 19 Saudara yang dikhianati
lebih sulit dihampiri dari pada kota
yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri. 20
Perut orang dikenyangkan oleh hasil mulutnya, ia dikenyangkan oleh hasil
bibirnya. 21 Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka
menggemakannya, akan memakan buahnya. 22 Siapa mendapat isteri,
mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN. 23 Orang miskin
berbicara dengan memohon-mohon, tetapi orang kaya menjawab dengan kasar. 24
Ada teman yang
mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada
seorang saudara.
Keunikkan kitab Amsal adalah kitab ini
mengajarkan banyak sekali nilai-nilai praktis kehidupan, sehingga kita dapat
belajar banyak mengenai bagaimana menjalani hidup sebagai orang benar. Dalam
amsal kali ini, pengamsal mengajarkan seputar perilaku dan perkataan manusia
sehari-hari. Mengenai perilaku, penyendiri akan meledak dalam amarahnya (1),
pemalas akan merusak (9), orang yang tidak bersemangat tidak tahan menderita
(14), orang yang berpihak pada orang fasik bukanlah orang yang baik (5), orang
kaya mengandalkan hartanya, penyuap yang mengandalkan pemberiannya (16).
Pelbagai perilaku ini disoroti oleh pengamsal karena semua itu terjadi dalam
keseharian kita dan agar kita belajar daripadanya.
Hal kedua yang disoroti oleh pengamsal adalah
mengenai perkataan orang yang dapat menimbulkan penghinaan (3, 13, 23),
pengkhianatan (8, 18), pertikaian (17, 18), pengaruh yang kuat (4, 20, 21).
Secara khusus, perkataan dari orang bebal hanya membeberkan isi hatinya (2),
menimbulkan perkelahian (6), dan menjerat hidupnya (7).
Jika demikian, lalu apa yang seharusnya kita
lakukan dalam hidup ini? Pengamsal menyebutkan beberapa hal, yaitu hidup rendah
hati (12) berpengertian (15), mendapat isteri (22), dan sahabat (24). Namun
yang terpenting di atas semua itu adalah hidup bersandar pada Tuhan. Menarik
sekali, pengamsal menggambarkan Tuhan sebagai menara yang kuat. Ya, ketika
hidup kita dipenuhi hal-hal yang menakutkan atau pun kita mengalami banyak
persoalan dan kesulitan, berlarilah kepada Tuhan karena Ia mampu melindungi
hidup kita dengan kekuatan kuasa-Nya. Dalam Dia ada keselamatan dan
perlindungan, karena Allah adalah menara yang kuat bagi setiap orang yang
berlindung kepada-Nya. [MFS]
Friday, November 13, 2015
Pilihan Hidup
Santapan Harian
Pilihan Hidup
Amsal 17 : 1 - 12
Lebih
baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan
daging serumah disertai dengan perbantahan. 2 Budak yang berakal
budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, dan akan mendapat bagian
warisan bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu. 3 Kui adalah
untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi Tuhanlah yang
menguji hati. 4 Orang yang berbuat jahat memperhatikan bibir jahat,
seorang pendusta memberi telinga kepada lidah yang mencelakakan. 5
Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira karena
suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman. 6 Mahkota
orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang
mereka. 7 Orang bebal tidak layak mengucapkan kata-kata yang bagus,
apalagi orang mulia mengucapkan kata-kata dusta. 8 Hadiah suapan
adalah seperti mestika di mata yang memberinya, ke mana juga ia memalingkan
muka, ia beruntung. 9 Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih,
tetapi siapa membangkit-bangki perkara, menceraikan sahabat yang karib. 10
Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan
pada orang bebal. 11 Orang durhaka hanya mencari kejahatan, tetapi
terhadap dia akan disuruh utusan yang kejam. 12 Lebih baik berjumpa
dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari pada dengan orang bebal dengan
kebodohannya.
Setiap kita dihadapkan pada banyak pilihan untuk hidup seperti
apa: Apakah hidup dengan baik di tengah keluarga? Ataukah hidup sebagai orang
yang terus melakukan kejahatan? Atau memilih hidup menjadi orang yang bebal?
Pada bagian Amsal kali ini, pengamsal menyoroti tiga area kehidupan tersebut,
yaitu tentang keluarga (1, 2, 6), orang yang jahat (4, 5, 8, 9, 11) dan orang
yang bebal (7, 10, 12).
Mengenai keluarga, pengamsal mengajarkan bahwa ketenteraman di
dalam keluarga jauh lebih penting dibandingkan dengan kecukupan harta tetapi
penuh dengan perbantahan (1). Selain itu, setiap anggota keluarga memiliki
peranan dan kedudukan yang penting dalam menjaga nama baik keluarga (2-3).
Tidak ada seorang pun yang lebih penting daripada yang lainnya.
Mengenai orang yang jahat, pengamsal memaparkan bahwa orang jahat
akan lebih memperhatikan hal yang jahat (4, 11) dan cenderung melakukan segala
cara untuk berbuat jahat dan curang (8), bahkan sahabat karib pun dapat
tercerai (9). Pengamsal juga mengingatkan bahwa akan ada balasan bagi mereka
yang berbuat jahat (5).
Mengenai orang bebal, pengamsal mengungkapkan bahwa orang yang
bebal suka mengucapkan hal-hal yang buruk (7), sulit untuk ditegur (10), dan
melakukan hal-hal yang bodoh (12). Namun di atas semua itu, pengamsal
menegaskan bahwa pada akhirnya "...Tuhanlah yang menguji hati" (3).
Artinya, segala perbuatan kita akan diuji dan dievaluasi oleh Tuhan sendiri.
Akan tiba waktunya di mana kita akan mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang
kita lakukan selama kita hidup, entah kita memilih hidup sebagai orang baik,
orang jahat, atau orang bebal. Ketika waktu itu tiba, siapkah kita
mempertanggungjawabkan segala perbuatan di hadapan-Nya? [MFS]
Thursday, November 12, 2015
Wednesday, November 11, 2015
Arah Langkah Manusia
Santapan Harian
Arah
Langkah Manusia
Amsal
16:1-16
Manusia
dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada
TUHAN. 2 Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya
sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. 3 Serahkanlah
perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu. 4
TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik
dibuat-Nya untuk hari malapetaka. 5 Setiap orang yang tinggi hati
adalah kekejian bagi TUHAN; sungguh, ia tidak akan luput dari hukuman. 6
Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan TUHAN orang
menjauhi kejahatan. 7 Jikalau TUHAN berkenan kepada jalan seseorang,
maka musuh orang itupun didamaikan-Nya dengan dia. 8 Lebih baik
penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa
keadilan. 9 Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah
yang menentukan arah langkahnya. 10 Keputusan dari Allah ada di
bibir raja, kalau ia mengadili mulutnya tidak berbuat salah. 11
Timbangan dan neraca yang betul adalah kepunyaan TUHAN, segala batu timbangan
di dalam pundi-pundi adalah buatan-Nya. 12 Melakukan kefasikan
adalah kekejian bagi raja, karena takhta menjadi kokoh oleh kebenaran. 13
Bibir yang benar dikenan raja, dan orang yang berbicara jujur dikasihi-Nya. 14
Kegeraman raja adalah bentara maut, tetapi orang bijak memadamkannya. 15
Wajah raja yang bercahaya memberi hidup dan kebaikannya seperti awan hujan
musim semi. 16 Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh
emas, dan mendapat pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak.
Ketika
kita membaca hidup tokoh Alkitab bernama Henokh, kita mungkin bertanya-tanya,
"Apa yang terjadi dengannya?" Catatan Alkitab hanya menuliskan,
"Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia
telah diangkat oleh Allah" (Kej 5:24).
Pengamsal
memberikan nasihat abadi kepada para pembacanya bahwa "memperoleh hikmat
sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat pengertian jauh lebih
berharga dari pada mendapat perak" (16). Pertanyaannya: bagaimana kita
dapat memperolehnya? Dalam Amsal 16:1-4, penulis Amsal menegaskan bahwa jawaban
dari segala kehidupan dan pergumulannya adalah Tuhan Allah, bukan manusia.
Manusia memiliki hikmat dan pertimbangan, tetapi Allah yang menjadikan segala
hal. Allah yang penuh kasih dan kemurahan memberikan undangan kepada manusia
untuk bersekutu dengan-Nya (7). Karena itu amatlah penting bagi kita untuk
mengenali nilai-nilai kebenaran dan mempraktekkannya (8-15). Sikap demikian
hanya bisa diperoleh ketika kita belajar untuk menyerahkan segala rencana kita
kepada Tuhan (5). Allah adalah TUHAN yang menciptakan segala sesuatu di dunia
dengan arah dan tujuan masing-masing (4), dan Dia juga sanggup melihat dan
menguji isi hati manusia (2, 5). Takut akan TUHAN haruslah menjadi sikap hidup
yang mendasari semua perbuatan dan penilaian kita (6).
Dalam
suratnya, rasul Petrus menuliskan, "Karena itu rendahkanlah dirimu di
bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."
(1Ptr 5:6-7). Nasihat senada juga diajarkan oleh Paulus, "Bersukacitalah
senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah
yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu." (1Tes 5:16-18).
Jelas terlihat bahwa Allah menghendaki agar terang kebenaran Kristus ada di
dalam kita dan Ia menghendaki kita menggapainya. Sebab itu jangan berhenti
berharap dan berserah kepada Kristus. [IBS]
Tuesday, November 10, 2015
Sepiring Sayur dengan Kasih
Santapan
Harian
Sepiring
Sayur dengan Kasih
Amsal 15:16-33
16 Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari
pada banyak harta dengan disertai kecemasan. 17Lebih baik sepiring
sayur dengan kasih dari pada lembu tambun dengan kebencian. 18 Si
pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan
perbantahan. 19 Jalan si pemalas seperti pagar duri, tetapi jalan
orang jujur adalah rata. 20 Anak yang bijak menggembirakan ayahnya,
tetapi orang yang bebal menghina ibunya. 21 Kebodohan adalah
kesukaan bagi yang tidak berakal budi, tetapi orang yang pandai berjalan lurus.
22. Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana
kalau penasihat banyak. 23 Seseorang bersukacita karena jawaban yang
diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya! 24
Jalan kehidupan orang berakal budi menuju ke atas, supaya ia menjauhi dunia
orang mati di bawah. 25. Rumah orang congkak dirombak TUHAN, tetapi
batas tanah seorang janda dijadikan-Nya tetap. 26 Rancangan orang
jahat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi perkataan yang ramah itu suci. 27
Siapa loba akan keuntungan gelap, mengacaukan rumah tangganya, tetapi siapa
membenci suap akan hidup. 28 Hati orang benar menimbang-nimbang
jawabannya, tetapi mulut orang fasik mencurahkan hal-hal yang jahat. 29
TUHAN itu jauh dari pada orang fasik, tetapi doa orang benar didengar-Nya. 30
Mata yang bersinar-sinar menyukakan hati, dan kabar yang baik menyegarkan
tulang. 31 Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang
membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. 32
Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan
teguran, memperoleh akal budi. 33 Takut akan TUHAN adalah didikan
yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan.
Pernahkah kita disakiti oleh sebuah gosip yang
membuat nama baik kita tercemar? Apalagi yang menyebar gosip tersebut adalah
teman sendiri. Apakah kita merasa marah dan kecewa?
Baik perasaan marah maupun kecewa merupakan
salah satu bentuk pengalaman buruk yang dialami oleh manusia. Itu sebabnya kita
perlu mencari hal-hal penting dalam hidup ini. Pengamsal memberikan nasihat
yang berupa prinsip kehidupan, yaitu: "Lebih baik ada dalam kumpulan orang
yang mengasihi kita daripada dikelilingi oleh banyak teman yang penuh
kebencian" (17). Kepada para pembacanya, pengamsal memberikan nasihat
untuk sabar dalam perbantahan (18). Adalah penting untuk mendengar, tetapi
lamban berbicara. Alkitab mengajarkan, "Setiap orang hendaklah cepat untuk
mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab
amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah" (Yak
1:19-20). Perhatikan bahwa Kitab Suci menegaskan setiap bagian hidup kita
adalah panggilan untuk mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Di sinilah kita
membutuhkan banyak nasihat yang benar dan bijak (19-23).
Dalam menjalani kehidupan di dunia, ada realitas
yang bertolak belakang yang akan kita jumpai. Misalnya, orang bijak membawa
kehidupan vs orang bodoh membawa kepada kematian (24). Tak satu pun dari kita
suka dikritik. Jika kita tidak belajar disiplin, kita hanya merusak diri
sendiri (32). Itu sebabnya kita seyogianya hidup takut akan Tuhan (25-33).
Inilah instruksi untuk menjadi bijaksana. Salomo mengatakan, "Lebih baik
sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN daripada banyak harta dengan
disertai kecemasan" (Ams 15:16). Selain itu,
Tuhan Yesus berkata,
"Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh
tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu" (Luk 11:34)
Pertanyaannya adalah sejauh mana kita sungguh-sungguh meletakkan segala rasa
kuatir dan takut dalam pemeliharaan dan pertolongan Tuhan? [IBS]
Monday, November 9, 2015
Friday, November 6, 2015
Jauhilah Orang Bebal
Santapan Harian 06 Novermber 2015
Jauhilah Orang Bebal
Amsal 14 : 1 - 20
Perempuan
yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan
tangannya sendiri. 2 Siapa
berjalan dengan jujur, takut akan TUHAN, tetapi orang yang sesat jalannya,
menghina Dia. 3 Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk
punggungnya, tetapi orang bijak dipelihara oleh bibirnya. 4 Kalau
tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah
hasil. 5 Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi siapa
menyembur-nyemburkan kebohongan, adalah saksi dusta. 6. Si pencemooh
mencari hikmat, tetapi sia-sia, sedangkan bagi orang berpengertian, pengetahuan
mudah diperoleh. 7 Jauhilah orang bebal, karena pengetahuan tidak
kaudapati dari bibirnya. 8 Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat
orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya. 9 Orang
bodoh mencemoohkan korban tebusan, tetapi orang jujur saling menunjukkan
kebaikan. 10. Hati mengenal kepedihannya sendiri, dan orang lain
tidak dapat turut merasakan kesenangannya. 11. Rumah orang fasik
akan musnah, tetapi kemah orang jujur akan mekar. 12. Ada jalan yang disangka
orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut. 13 Di dalam tertawapun
hati dapat merana, dan kesukaan dapat berakhir dengan kedukaan. 14
Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya, dan orang yang baik
dengan apa yang ada padanya. 15 Orang yang tak berpengalaman percaya
kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak memperhatikan langkahnya. 16
Orang bijak berhati-hati dan menjauhi kejahatan, tetapi orang bebal
melampiaskan nafsunya dan merasa aman. 17. Siapa lekas naik darah,
berlaku bodoh, tetapi orang yang bijaksana, bersabar. 18. Orang yang
tak berpengalaman mendapat kebodohan, tetapi orang yang bijak bermahkotakan
pengetahuan. 19. Orang jahat tunduk di dekat orang baik, orang fasik
di depan pintu gerbang orang benar. 20 Juga oleh temannya orang
miskin itu dibenci, tetapi sahabat orang kaya itu banyak.
Saat hidup berada di persimpangan jalan, kita harus mengambil
sebuah keputusan yang akan menentukan jalan kita ke depan. Tidak setiap jalan
akan membawa kita sampai ke tujuan yang dikehendaki. Bagaimana kita mengetahui
jalan mana yang "benar", ketika ada begitu banyak pilihan dalam
hidup?
Amsal 14 menguraikan perbandingan jalan orang bijak dengan orang
bodoh. Si bijak membangun rumah yang kokoh, sementara si bodoh membangun rumah
yang rapuh (1) Jalan orang bodoh digambarkan sebagai: menghina Tuhan (2),
membenci teguran dan didikan (3), merendahkan agama (9), melampiaskan nafsu
(16), lekas naik darah (17) . Pada dasarnya, mereka tidak memiliki rasa takut
dan hormat kepada Tuhan (2). Ayat kunci yang membedakan kedua jalan ini
didasarkan pada Amsal 14:12, "Ada
jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." Amsal
mengajarkan kita untuk hidup dalam kekudusan menurut jalan Allah. Namun ada
orang-orang yang mencoba untuk hidup kudus tanpa melibatkan Allah. Mereka
percaya bahwa "kesucian" adalah sebuah lencana yang bertuliskan
"Lihatlah Betapa Istimewanya Aku." Dengan kata lain, kekudusan mereka
diperoleh dari banyaknya perhatian manusia, bukan dari Allah Sebagaimana
perkataan Yesus, "mereka mendapatkan pahala mereka" (Mat 6:2). Selain
itu, mereka berjerih lelah dalam kekudusan dan melakukan segala sesuatu atas
nama Tuhan. Kenyataanya, semuanya itu hanya ada di mulut belaka. Mereka
menerapkan daftar Perintah dan Larangan yang diberlakukan untuk semua orang di
sekitar mereka.
Kesalahan akibat kebodohan sendiri terjadi saat kita mengikuti
nasihat dan keinginan yang egois. Kebodohan akan makin ditambahkan jika kita menyalahkan
Tuhan atas kekacauan dalam hidup kita. Sementara orang yang bijaksana akan
mengambil tanggung jawab atas kesalahan mereka dan belajar dari hal itu.
Alkitab menguraikan hikmat bukan sekadar kebijaksanaan.Pemahaman
ini merujuk kepada relasi kita dengan Allah, Sang Pemberi dan Tujuan Hidup
kita. [IBS]
Thursday, November 5, 2015
Terang Orang Benar
Santapan Harian
Terang Orang Benar
Amsal 13:1-25
Anak yang bijak mendengarkan didikan ayahnya, tetapi seorang
pencemooh tidak mendengarkan hardikan. 2 Dari buah mulutnya
seseorang akan makan yang baik, tetapi nafsu seorang pengkhianat ialah
melakukan kelaliman. 3 Siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya,
siapa yang lebar bibir, akan ditimpa kebinasaan. 4 Hati si pemalas
penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan. 5
Orang benar benci kepada dusta, tetapi orang fasik memalukan dan memburukkan
diri. 6 Kebenaran menjaga orang yang saleh jalannya, tetapi
kefasikan mencelakakan orang berdosa. 7 Ada orang yang berlagak kaya, tetapi tidak
mempunyai apa-apa, ada pula yang berpura-pura miskin, tetapi hartanya banyak. 8
Kekayaan adalah tebusan nyawa seseorang, tetapi orang miskin tidak akan
mendengar ancaman. 9 Terang orang benar bercahaya gemilang,
sedangkan pelita orang fasik padam. 10 Keangkuhan hanya menimbulkan
pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai hikmat. 11
Harta yang cepat diperoleh akan berkurang, tetapi siapa mengumpulkan sedikit
demi sedikit, menjadi kaya. 12 Harapan yang tertunda menyedihkan
hati, tetapi keinginan yang terpenuhi adalah pohon kehidupan. 13
Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada
perintah, akan menerima balasan. 14 Ajaran orang bijak adalah sumber
kehidupan, sehingga orang terhindar dari jerat-jerat maut. 15 Akal
budi yang baik mendatangkan karunia, tetapi jalan pengkhianat-pengkh
mencelakakan mereka. 16 Orang cerdik bertindak dengan pengetahuan,
tetapi orang bebal membeberkan kebodohan. 17 Utusan orang fasik
menjerumuskan orang ke dalam celaka, tetapi duta yang setia mendatangkan
kesembuhan. 18 Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang mengabaikan
didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati. 19
Keinginan yang terlaksana menyenangkan hati, menghindari kejahatan adalah
kekejian bagi orang bebal. 20 Siapa bergaul dengan orang bijak
menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang . 21
Orang berdosa dikejar oleh malapetaka, tetapi Ia membalas orang benar dengan
kebahagiaan. 22. Orang baik meninggalkan warisan bagi anak cucunya,
tetapi kekayaan orang berdosa disimpan bagi orang benar. 23 Huma
orang miskin menghasilkan banyak makanan, tetapi ada yang lenyap karena tidak
ada keadilan. 24 Siapa tidak menggunakan tongkat, benci kepada
anaknya; tetapi siapa mengasihi anaknya, menghajar dia pada waktunya. 25
Orang benar makan sekenyang-kenyangnya, tetapi perut orang fasik menderita
kekurangan.
Dengan ukuran seperti apakah kita ingin dinilai oleh Tuhan? Apakah
dengan harta, kekuasaan, atau kesalehan? Ini adalah salah satu pertanyaan
penting yang ditujukan pada diri kita. Bagaimana kita menyikapi panggilan hidup
dalam kekayaan menurut ukuran Tuhan?
Amsal pada bagian ini bisa dibagi dalam tiga tema besar: Pertama,
pentingnya seorang yang bijaksana memelihara kebenaran (1-6). Kedua, perenungan
tentang hakekat kekayaan sejati dalam kehidupan (7-11). Ketiga, perenungan
tentang akibat yang diterima baik oleh orang bijak maupun orang fasik, ketika
mereka menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan mereka (14-25).
Kunci pemahaman Amsal didapatkan dalam ayat 13-14, "Siapa
meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada
perintah, akan menerima balasan. Ajaran orang bijak adalah sumber kehidupan,
sehingga orang terhindar dari jerat-jerat maut." Kita akan memperhatikan
pemahaman bagian kedua sebagai perenungan kita saat ini. Kekayaan sejati tidak
diukur berdasarkan materi, melainkan dinilai dengan ukuran kerohanian, yakni
kebenaran yang memiliki nilai kekekalan.
Saat ini, ada banyak orang yang sangat kaya
dalam hidupnya. Tetapi lima
menit setelah mati, mereka akan segera menjadi orang yang sangat miskin. Mereka
seperti orang kaya bodoh yang dituturkan oleh Injil Lukas 12. Orang kaya itu
menganggap bahwa hidup hanya diukur dari tingkat keberhasilannya. Amsal 13:8-10
menegaskan, "Kekayaan adalah tebusan nyawa seseorang...Keangkuhan hanya
menimbulkan pertengkaran, tetapi mereka yang mendengarkan nasihat mempunyai
hikmat." Artinya, di mana muncul pertentangan, di balik itu ada kebanggaan
seseorang dipertaruhkan. Karena itu betapa pentingnya datang ke Salib, sebab
manusia lama kita sudah mati. Itulah satu-satunya cara bagi kita untuk
menyingkirkan kebanggaan. Itulah satu-satunya cara menyingkirkan perselisihan
dalam hidup Anda. [IBS]
Wednesday, November 4, 2015
Jangan merampas hak orang lain!
Bagian 1
Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban. Tapi terkadang hanya haknya yang diperhatikan dan kewajibannya tidak dipenuhi. Bagaimana cara berpikirnya, aneh tapi banyak seperti itu. Hak yang dimaksud dalam bagian yang pertama ini adalah hak seorang perempuan untuk tidak dilecehkan oleh seorang pria. Kenapa seorang pria bisa sampai tega melakukan tindak pemerkosaan terhadap seorang perempuan yang dilihatnya, bahkan kepada anak kecil (baik anak perempuan dan bahkan juga anak laki-laki)? Padahal mereka diciptakan dengan kegagahan dan keperkasaan supaya bisa menjadi pelindung yang baik. Sangat disayangkan. Hampir semua mengatakan karena film yang tidak pantas untuk ditonton itu. Terkadang ada juga yang mengatakan karena sang perempuan yang berpakaian kurang pantas. Kata kurang pantas itu entah menerangkan apa dalam alasan para pemerkosa itu. Karena anak kecil saja mereka perkosa bahkan seorang nenek juga mereka perkosa. OH TIIDAAAK. Kenapa tidak sekalian hewan yang ada di sekitar mereka, hewan-hewan itu bahkan tidak memakai pakaian. Sudah melakukan kesalahan masih tetap menyalahkan orang lain. Kenapa bukan otaknya yang diperbaiki! Memangnya para perempuan juga akan memperkosa seorang pria yang lewat di depan mereka dengan bertelanjang badan hanya memakai celana, tidak kan? Kenapa otaknya yang salah tapi tidak mengakuinya.
Biasa juga mereka (pemerkosa) akan mengaku khilaf. KHILAF??? Sudah memperlakukan orang seenaknya, menghancurkan hidup orang lain lalu penjelasannya cuma khilaf? Dalam hal ini apapun penyesalan pelaku bahkan apapun yang dapat pelaku berikan tetap tidak dapat membayar kerugian para korban. Kenapa beraninya sama orang yang mereka tahu tidak lebih kuat dari mereka. Itu namanya pengecut. Bukankah setiap barang bukti dari sebuah kejahatan akan disita yang berwajib? Jadi kejahatan yang seperti pemerkosa juga harus dilakukan penyitaan barang bukti. Bagaimana? Tidak berani? Mengambil masa depan orang lain secara paksa berarti juga harus siap untuk masa depannya diambil secara paksa juga kan. Kata orang gigi ganti gigi dan mata ganti mata. Baru-baru ini sudah ada yang mencanangkan bahwa para pemerkosa itu harus dikebiri. Sangat setuju sekali. Keren tuh orang, kemana saja mereka. Tapi ada yang sangat disayangkan, ada yang tidak setuju dengan hukuman kebiri itu, dengan alasan hak asasi manusia. OH TIDAAAK. Apa yang terjadi dengan manusia-manusia itu, mereka manusia bukan sih. Membela hak asasi orang yang mengambil secara paksa hak asasi orang lain?!!
Ok kalau begitu. Kalau tidak mau dikebiri, masukkan saja para pelaku itu ke dalam kandang singa atau harimau juga boleh. Hewan-hewan itu sangat populer dikalangan para fauna. Tidak ingin adu nyali dengan mereka atau memang beraninya cuma dengan nenek-nenek, para perempuan, dan anak-anak kecil saja? Kalau hidup itu harus sportif. Berani berbuat berani bertanggung jawab. Setiap orang mempunyai pikirannya masing-masing yang dia kendalikan sendiri. Apapun yang terjadi tetap yang mengendalikan diri seseorang adalah orang itu sendiri. Jangan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang kau perbuat. Karena kesalahan yang dilakukan orang lain akan dipertanggungjawabkan oleh orang itu sendiri dan kesalahan yang kamu perbuat juga cuma kamu yang bertanggung jawab, orang lain tidak ikut bertanggung jawab. Hiduplah dengan pemikiran yang positif. Kenalilah segala macam kelemahan yang kau miliki, dan berusahalah untuk mengendalikannya. Karena begitu banyak pria di dunia ini yang bisa hidup tanpa melakukan hal yang seperti itu.
Hiduplah dengan baik dan benar. Sekian dan terima kasih.
Jalan Kebenaran vs Jalan Kemurtadan
Santapan Harian
Jalan Kebenaran vs Jalan Kemurtadan
Amsal 12:15-28
Kitab Amsal memberi kita bantuan praktis guna mengetahui,
melakukan, dan menikmati kehendak Allah bagi hidup kita. Sebab itu, kita perlu
menunjukkan iman dan komitmen kepada Tuhan dengan segenap hati serta
mendengarkan kebijaksanaan orang lain. Amsal 3:5, 6 mengajarkan,
"Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar
kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan
meluruskan jalanmu."
Pengamsal menunjukkan perbandingan antara orang yang bijaksana
dengan orang bodoh. Perbandingan ini ditunjukkan secara jelas, yaitu ketika
orang bijak mengabaikan cemooh, orang bodoh akan menyerukannya (16). Saat orang
bijak mengatakan kebenaran yang adil, orang bodoh akan mengucapkan tipu daya
(17). Orang bijaksana menyembunyikan pengetahuannya, sedangkan orang bodoh
menyeru-nyerukan kebodohannya (23). Kesimpulannya, kehidupan hanya ada di jalan
kebenaran. Sementara jalan kemurtadan akan membawa kepada maut (28).
Roma 3:23 menegaskan upah dosa adalah maut. Karena itu, kita bisa
menarik satu garis penjelasan bahwa jalan kemurtadan akan mengarah kepada
jurang maut. Apakah jalan kemurtadan ini? Yaitu jalan yang diatur dan diukur
menurut pertimbangan sendiri tanpa melibatkan Allah dalam kehidupannya (bdk ay.
1). Inilah jalan yang tidak mengikuti arahan Yesus Kristus (Yoh 14:6).
Sering kali kita tidak mau mendengarkan nasihat yang baik. Jika
nasihat itu benar, mengapa kita tidak siap membuka telinga? Ketika kita hanya
mau mengikuti jalan hidup tanpa mau melibatkan Tuhan, di situlah kita mengalami
kejatuhan. Pengamsal mengajak kita mengambil sikap seperti yang tertulis dalam
Maz 100:3, "Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita
dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya." Sudahkah
kita mengakui Dia sebagai Pencipta, Gembala, dan Pemilik hidup kita sepenuhnya?
[IBS]
Tuesday, November 3, 2015
Ia sekarang berdoa. [Kisah Para Rasul 9:11]
Renungan Pagi
Selasa, 3 November 2015
Ia sekarang berdoa. [Kisah Para Rasul 9:11]
Doa langsung diperhatikan di surga. Saat Saulus mulai berdoa,
Tuhan mendengarnya. Inilah penghiburan bagi jiwa yang tertekan namun terus
berdoa. Sering kali seorang yang malang
dan patah hatinya menekuk lutut, tapi hanya bisa mengungkapkan ratapannya dalam
bahasa desahan dan air mata; sekalipun demikian erangan itu telah membuat semua
kecapi di surga melantunkan musik; air mata itu sudah ditangkap Allah dan
disimpan dalam kirbat surgawi. "Air mataku Kautaruh ke dalam
kirbat-Mu," [Mazmur 56:9] menyiratkan bahwa air mata itu ditangkap begitu
ia tercurah. Si pemohon, yang ketakutannya menghalangi ucapannya, akan dipahami
dengan baik oleh Yang Mahatinggi. Dia mungkin melihat ke atas dengan mata yang
basah; namun "doa adalah air mata yang jatuh." [1] Air mata adalah
permata surga, desahan adalah bagian dari musik istana TUHAN, dan jumlahnya
dihitung dengan "alunan teragung yang menjangkau Sang Mulia Yang
Mahatinggi." [2] Jangan pikir doamu, betapa lemah atau gemetaran, akan
diabaikan. Tangga Yakub itu luhur, tapi doa kita akan bersandar pada Malaikat
perjanjian dan naik putaran tangga yang gemerlapan. Allah kita tidak hanya
mendengar doa tapi juga suka mendengar doa. "Teriak orang yang tertindas
tidaklah dilupakan-Nya." [Mazmur 9:13] Benar, Dia tidak mengindahkan
penampilan yang agung dan kata-kata yang angkuh; Dia tidak memedulikan
kebesaran dan kemegahan raja-raja; Dia tidak mendengarkan sembulan musik
perang; Dia tidak memperhatikan kemenangan dan kesombongan manusia; namun di
mana pun ada hati yang besar kesedihannya, atau bibir yang gemetar penuh
penderitaan, atau rintihan yang dalam, atau desahan penyesalan, hati TUHAN
terbuka; Dia mencatatnya dalam ingatan-Nya; Dia menaruh doa kita, seperti daun
mawar di antara halaman-halaman buku kenangan-Nya, dan ketika akhirnya jilid
itu dibuka, dari dalamnya bermunculan keharuman yang berharga.
"Iman tidak meminta tanda dari langit,
Untuk menunjukkan naiknya doa-doa yang diterima,
Imam kita berada di tempat kudus-Nya,
Dan menjawab dari takhta kemurahan."
____________________
[1] Prayer is the soul's sincere desire. James Montgomery,
1818. Lirik lagu: Prayer is the burden of a sigh, The falling of a tear.
[2] Ibid. Lirik lagu: Prayer the sublimest strains that reach the
Majesty on high.
Renungan Pagi (diterjemahkan dari Morning and Evening: Daily
Readings, Charles H. Spurgeon).
Isi renungan ini bebas untuk disalin dan disebarluaskan.
Kirim perbaikan
Behold, he prayeth. — Acts 9:11
Prayers are instantly noticed in heaven. The moment Saul began to
pray the Lord heard him. Here is comfort for the distressed but praying soul.
Oftentimes a poor broken-hearted one bends his knee, but can only utter his
wailing in the language of sighs and tears; yet that groan has made all the
harps of heaven thrill with music; that tear has been caught by God and
treasured in the lachrymatory of heaven. “Thou puttest my tears into thy
bottle,” implies that they are caught as they flow. The suppliant, whose fears
prevent his words, will be well understood by the Most High. He may only look
up with misty eye; but “prayer is the falling of a tear.” Tears are the
diamonds of heaven; sighs are a part of the music of Jehovah’s court, and are
numbered with “the sublimest strains that reach the majesty on high.” Think not
that your prayer, however weak or trembling, will be unregarded. Jacob’s ladder
is lofty, but our prayers shall lean upon the Angel of the covenant and so
climb its starry rounds. Our God not only hears prayer but also loves to hear
it. “He forgetteth not the cry of the humble.” True, He regards not high looks
and lofty words; He cares not for the pomp and pageantry of kings; He listens
not to the swell of martial music; He regards not the triumph and pride of man;
but wherever there is a heart big with sorrow, or a lip quivering with agony,
or a deep groan, or a penitential sigh, the heart of Jehovah is open; He marks
it down in the registry of His memory; He puts our prayers, like rose leaves, between
the pages of His book of remembrance, and when the volume is opened at last,
there shall be a precious fragrance springing up therefrom.
“Faith asks no signal from the skies,
To show that prayers accepted rise,
Our Priest is in His holy place,
And answers from the throne of grace.”
Subscribe to:
Posts (Atom)