Santapan Harian
Pilihan Hidup
Amsal 17 : 1 - 12
Lebih
baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan
daging serumah disertai dengan perbantahan. 2 Budak yang berakal
budi akan berkuasa atas anak yang membuat malu, dan akan mendapat bagian
warisan bersama-sama dengan saudara-saudara anak itu. 3 Kui adalah
untuk melebur perak dan perapian untuk melebur emas, tetapi Tuhanlah yang
menguji hati. 4 Orang yang berbuat jahat memperhatikan bibir jahat,
seorang pendusta memberi telinga kepada lidah yang mencelakakan. 5
Siapa mengolok-olok orang miskin menghina Penciptanya; siapa gembira karena
suatu kecelakaan tidak akan luput dari hukuman. 6 Mahkota
orang-orang tua adalah anak cucu dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang
mereka. 7 Orang bebal tidak layak mengucapkan kata-kata yang bagus,
apalagi orang mulia mengucapkan kata-kata dusta. 8 Hadiah suapan
adalah seperti mestika di mata yang memberinya, ke mana juga ia memalingkan
muka, ia beruntung. 9 Siapa menutupi pelanggaran, mengejar kasih,
tetapi siapa membangkit-bangki perkara, menceraikan sahabat yang karib. 10
Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan
pada orang bebal. 11 Orang durhaka hanya mencari kejahatan, tetapi
terhadap dia akan disuruh utusan yang kejam. 12 Lebih baik berjumpa
dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari pada dengan orang bebal dengan
kebodohannya.
Setiap kita dihadapkan pada banyak pilihan untuk hidup seperti
apa: Apakah hidup dengan baik di tengah keluarga? Ataukah hidup sebagai orang
yang terus melakukan kejahatan? Atau memilih hidup menjadi orang yang bebal?
Pada bagian Amsal kali ini, pengamsal menyoroti tiga area kehidupan tersebut,
yaitu tentang keluarga (1, 2, 6), orang yang jahat (4, 5, 8, 9, 11) dan orang
yang bebal (7, 10, 12).
Mengenai keluarga, pengamsal mengajarkan bahwa ketenteraman di
dalam keluarga jauh lebih penting dibandingkan dengan kecukupan harta tetapi
penuh dengan perbantahan (1). Selain itu, setiap anggota keluarga memiliki
peranan dan kedudukan yang penting dalam menjaga nama baik keluarga (2-3).
Tidak ada seorang pun yang lebih penting daripada yang lainnya.
Mengenai orang yang jahat, pengamsal memaparkan bahwa orang jahat
akan lebih memperhatikan hal yang jahat (4, 11) dan cenderung melakukan segala
cara untuk berbuat jahat dan curang (8), bahkan sahabat karib pun dapat
tercerai (9). Pengamsal juga mengingatkan bahwa akan ada balasan bagi mereka
yang berbuat jahat (5).
Mengenai orang bebal, pengamsal mengungkapkan bahwa orang yang
bebal suka mengucapkan hal-hal yang buruk (7), sulit untuk ditegur (10), dan
melakukan hal-hal yang bodoh (12). Namun di atas semua itu, pengamsal
menegaskan bahwa pada akhirnya "...Tuhanlah yang menguji hati" (3).
Artinya, segala perbuatan kita akan diuji dan dievaluasi oleh Tuhan sendiri.
Akan tiba waktunya di mana kita akan mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang
kita lakukan selama kita hidup, entah kita memilih hidup sebagai orang baik,
orang jahat, atau orang bebal. Ketika waktu itu tiba, siapkah kita
mempertanggungjawabkan segala perbuatan di hadapan-Nya? [MFS]
No comments:
Post a Comment