Speed Action Do The Best

Speed Action Do The Best

Monday, December 7, 2015

Pasanglah Telingamu

Santapan Harian
Pasanglah Telingamu
Amsal 22:17-29
Pasanglah telingamu dan dengarkanlah amsal-amsal orang bijak, berilah perhatian kepada pengetahuanku. 18 Karena menyimpannya dalam hati akan menyenangkan bagimu, bila semuanya itu tersedia pada bibirmu. 19 Supaya engkau menaruh kepercayaanmu kepada TUHAN, aku mengajarkannya kepadamu sekarang, ya kepadamu. 20 Bukankah aku telah menulisnya kepadamu dulu dengan nasihat dan pengetahuan, 21 untuk mengajarkan kepadamu apa yang benar dan sungguh, supaya engkau dapat memberikan jawaban yang tepat kepada yang menyuruh engkau. 22 Janganlah merampasi orang lemah, karena ia lemah, dan janganlah menginjak-injak orang yang berkesusahan di pintu gerbang. 23 Sebab TUHAN membela perkara mereka, dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka. 24 Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang pemarah, 25 supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri. 26. Jangan engkau termasuk orang yang membuat persetujuan, dan yang menjadi penanggung hutang. 27 Mengapa orang akan mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak mempunyai apa-apa untuk membayar kembali? 28 Jangan engkau memindahkan batas tanah yang lama, yang ditetapkan oleh nenek moyangmu. 29 Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.

Saat seorang anak acuh tak acuh terhadap teguran orang tuanya, ada kalanya orang tua menjadi marah dan menjewer telinga anak sambil berkata, "Di mana telingamu?". Semua orang tahu apa kegunaan telinga, namun banyak orang yang tidak menggunakan fungsi telinga dengan baik sehinnga berakibat fatal.

Dalam nas kini, kita melihat seruan Salomo secara langsung, seolah-olah berbicara kepada seseorang secara pribadi. Ia berulang kali menekankan kegunaan telinga. Ia menasihati agar kita untuk sungguh-sungguh memasang telinga. Memasang telinga berarti menjadi tenang, tidak lekas gusar dan suka marah. Saat seseorang penuh perhatian terhadap pengetahuan dan selalu mendengar amsal para orang bijak, maka ia akan terbiasa berjalan dalam hikmat. Contohnya, menghormati hak milik perorangan, tidak memindahkan batas tanah dan mencuri tanah (22-23, bdk. Ul 19:14; 27:17), tidak bergaul akrab dengan orang yang amarahnya meledak-ledak.

Tujuan memasang telinga antara lain: Pertama, mendengar dan memperhatikan setiap ajaran. Kedua, membawa kepada kepercayaan akan Yahweh (19). Ketiga, mendatangkan kepuasan yang melimpah (18). Keempat, supaya mengetahui apa itu kebenaran, mampu membedakan dengan jelas antara yang benar dan salah, hal mana menguntungkan diri dan orang lain (21, bdk. 1Ptr 3:15). Jika mau mendapatkan manfaatnya, maka kita harus mencerna, mempraktikkan, menaati, dan menyerahkan diri ke dalamnya untuk dibentuk (bdk. 2:10).


Berapa banyak di antara kita yang memasang telinga tetapi tidak mendengar dan memperhatikan kata-kata hikmat? Semua pengajaran menjadi sia-sia karena sikap kita yang meremehkannya. Kita tidak bisa berkata seperti ini, "Semua perkataan itu baik, tetapi tidak ada artinya bagi kami." Tidak! Marilah kita bercermin diri pada hikmat dan pengajaran. Pakailah hikmat dan ajaran tersebut saat kita berbicara maupun bertindak, maka ia akan mendatangkan nama baik bagimu. [SB]

Kekayaan yang Halal

Santapan Harian
Kekayaan yang Halal
Amsal 22:1-16
Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. 2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN. 3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka. 4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan. 5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin memelihara diri menjauhi orang itu. 6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. 7 Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi. 8 Orang yang menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis binasa. 9 Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi rezekinya dengan si miskin. 10 Usirlah si pencemooh, maka lenyaplah pertengkaran, dan akan berhentilah perbantahan dan cemooh. 11 Orang yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja. 12 Mata TUHAN menjaga pengetahuan, tetapi Ia membatalkan perkataan si pengkhianat. 13 Si pemalas berkata: "Ada singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan." 14 Mulut perempuan jalang adalah lobang yang dalam; orang yang dimurkai TUHAN akan terperosok ke dalamnya. 15 Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya. 16 Orang yang menindas orang lemah untuk menguntungkan diri atau memberi hadiah kepada orang kaya, hanya merugikan diri saja.

Ada orang mau kaya dan sukses, tetapi tidak mau melalui proses untuk mendapatkannya. Maunya, "sim salabim!" dan sekejap mendapatkan apa yang diinginkan. Bahkan tidak sedikit orang yang menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan kekayaan, kehormatan, dan kemuliaan.

Nas Amsal hari ini menunjukkan bahwa memiliki kekayaan adalah baik, tetapi bukan yang terbaik dan terutama. Nama baik dan kasih, jauh lebih berharga daripada kekayaan besar (1). Tetap saja ada orang yang mengabaikan nama baik dan menggunakan cara-cara tidak halal untuk mengumpulkan kekayaan. Contohnya, menumpuk kekayaan dengan menindas orang lemah, memberi suap dan hadiah kepada orang kaya (16). Dengan cara seperti itu, mereka berpikir bahwa dirinya akan menerima imbalan yang lebih besar.

Cara yang tidak halal akan sedikit lebih cepat memperoleh hasil, sedangkan cara-cara yang baik dan benar akan memperoleh hasil yang bertahan lebih lama. Apabila kekayaan diperoleh seseorang dengan cara-cara yang tidak halal dan jahat, maka di kemudian hari orang tersebut akan menuai bencana (8, 16). Sebaliknya, mereka yang jujur, mencintai kesucian hati, menjaga nurani yang bersih akan menerima kedudukan, menjadi sahabat pemimpin (11), dan diberkati. Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah kekayaan, kehormatan, dan kehidupan (4).

Segala sesuatu termasuk kekayaan berasal dari Allah (2). Kita harus selalu takut akan Dia di setiap hal yang kita lakukan, baik dari sisi motivasi maupun perbuatan seperti: memiliki hati yang baik, dan tidak kikir untuk berbagi rezeki kepada orang miskin (9, bdk. Ams 28:27).


Bagaimana cara kita selama ini dalam meraih kekayaan, kemuliaan, dan kehormatan? Apakah dengan cara menindas orang lemah, merampas hak orang miskin, atau menyuap orang kaya untuk melindungi diri dan mencari muka? Sebagai anak-anak Allah, marilah kita mengerjakan bagian kita, yaitu bekerja keras dengan cara yang halal dan sesuai kehendak Tuhan. [SB]

PXW-FS5 Official Video "Sea pool" | Sony Professional

PlayStation Experience 2015: PlayStation VR - The Best Games in VR

Volvo S90 | HOW IT'S MADE ?

Volvo S90 Official Trailer

Friday, December 4, 2015

Diciptakan dengan Tujuan

Santapan Harian
Diciptakan dengan Tujuan
Amsal 21:1-15
Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini. 2 Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. 3 Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban. 4 Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa. 5 Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan. 6 Memperoleh harta benda dengan lidah dusta adalah kesia-siaan yang lenyap dari orang yang mencari maut. 7 Orang fasik diseret oleh penganiayaan mereka, karena mereka menolak melakukan keadilan. 8 Berliku-liku jalan si penipu, tetapi orang yang jujur lurus perbuatannya. 9 Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar. 10 Hati orang fasik mengingini kejahatan dan ia tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya. 11 Jikalau si pencemooh dihukum, orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, dan jikalau orang bijak diberi pengajaran, ia akan beroleh pengetahuan. 12 Yang Mahaadil memperhatikan rumah orang fasik, dan menjerumuskan orang fasik ke dalam kecelakaan. 13 Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru. 14 Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan hadiah yang dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat. 15 Melakukan keadilan adalah kesukaan bagi orang benar, tetapi menakutkan orang yang berbuat jahat.

Tuhan menciptakan setiap manusia unik adanya. Dia memberikan kita tubuh untuk dipakai bagi kemuliaan-Nya. Ironisnya, sering kali manusia tidak memakai anggota-anggota tubuhnya sesuai tujuan yang Tuhan tetapkan. Sebaliknya, kita justru memakainya demi kesenangan dan kenikmatan dalam dosa, seperti yang digambarkan oleh pengamsal dalam bagian ini sebagai berikut: mata yang congkak (4), hati yang sombong (4), lidah yang berdusta (6), mulut yang suka bertengkar (9), dan telinga yang ditutup (13).

Pengamsal dengan tegas menyebutkan bahwa mata yang congkak dan hati yang sombong adalah dosa. Lidah yang berdusta dan mulut yang suka bertengkar adalah kesia-siaan. Telinga yang tertutup terhadap kesusahan orang lain akan mendapat balasan dari Tuhan.

Lalu bagaimanakah seharusnya kita menjalani hidup yang berkenan di hadapan Tuhan?


Pengamsal mengajarkan setidaknya ada empat hal yang dapat kita praktikkan dalam hidup ini, yaitu hidup dengan melakukan kebenaran dan keadilan (3, 15), berlaku jujur (8), bersedia diajar (11), dan suka memberi (14). Keempat prinsip firman Tuhan ini akan menolong kita menjalani hidup dan memakai tubuh kita sesuai tujuan Tuhan. Kiranya dengan menerapkan keempat hal ini, mata dan hati terarah pada perbuatan yang benar dan adil. Lidah dipakai untuk mengucapkan hal yang jujur; mulut kita dipakai untuk hal-hal yang bijaksana dan mendidik; serta telinga kita senantiasa peka mendengar jeritan sesama yang membutuhkan pertolongan dan kasih kita. Dengan demikian, tubuh dan segenap keberadaan kita dapat dipakai sesuai kehendak dan rencana-Nya. [MFS]

Allah, Kota Benteng Kita

Santapan Harian
Allah, Kota Benteng Kita
Mazmur 46
Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan lagu: Alamot. Nyanyian. (46-2) Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. 46:2 (46-3) Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut;  46:3 (46-4) sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya. Sela  46:4 (46-5) Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai. 46:5 (46-6) Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan menolongnya menjelang pagi. 46:6. (46-7) Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya, dan bumipun hancur. 46:7 (46-8) TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela 46:8 (46-9) Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang mengadakan pemusnahan di bumi, 46:9 (46-10) yang menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah, menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api! 46:10 (46-11) "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" 46:11 (46-12) TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela

Ada banyak hal yang menakutkan yang kita hadapi di dalam hidup ini. Persoalan bencana alam, sakit penyakit, pengkhianatan, kemiskinan, kejahatan, kebangkrutan, kecurangan, peperangan, dan berbagai pergumulan lain. Ketika kita dihadapkan pada semua persoalan itu, siapakah yang akan menjadi pegangan dan sandaran kita?

Pemazmur mengingatkan bahwa kita punya Allah yang adalah kota benteng kita. Perhatikan bagaimana pemazmur sangat menegaskan hal ini dengan menyebutkannya sebanyak dua kali, yaitu di ayat 8 dan 12. Sebagai kota benteng, Allah adalah "tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti" (2). Ayat ini juga menjadi ayat yang menguatkan Martin Luther ketika ia sedang berada di dalam masa-masa sukar akibat ke-95 dalil yang ia pakukan di pintu gereja Wittenberg. Melalui ayat ini, Luther diteguhkan bahwa apapun kesukaran yang ia hadapi, ada Allah yang menjadi tempat perlindungan dan benteng baginya.


Allah adalah kota benteng kita yang teguh. Oleh karena itu, pemazmur mendorong kita agar di tengah kesukaran yang dialami, kita memandang pekerjaan Tuhan (9) dan berdiam diri di hadapan-Nya (11). Frase "pandanglah pekerjaan Tuhan" (9) mengacu pada tindakan mengingat apa yang telah Tuhan kerjakan di dalam hidup kita dan di bumi ini. Ingat dan lihatlah sekelilingmu! Perhatikan betapa Allah punya kuasa untuk mengatur segala sesuatu demi kebaikan kita. Kemudian, frase "Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah Allah" (11) menegaskan bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita, hendaknya kita berdiam diri dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri, sebaiknya mengandalkan Tuhan. Sekalipun bencana alam menimpa, didera sakit penyakit, kemiskinan, pengkhianatan, atau persoalan hidup apapun yang membuat kita takut dan gentar, maka pandanglah kepada Tuhan. Andalkanlah Dia senantiasa karena Dialah kota benteng kita yang teguh. [MFS]

Tuhan yang tak Tertandingi

Santapan Harian
Tuhan yang tak Tertandingi
Amsal 21:16-31
Orang yang menyimpang dari jalan akal budi akan berhenti di tempat arwah-arwah berkumpul. 17 Orang yang suka bersenang-senang akan berkekurangan, orang yang gemar kepada minyak dan anggur tidak akan menjadi kaya. 18 Orang fasik dipakai sebagai tebusan bagi orang benar, dan pengkhianat sebagai ganti orang jujur. 19 Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah. 20 Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya. 21 Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan. 22 Orang bijak dapat memanjat kota pahlawan-pahlawan, dan merobohkan benteng yang mereka percayai. 23 Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran. 24 Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku dengan keangkuhan yang tak terhingga. 25 Si pemalas dibunuh oleh keinginannya, karena tangannya enggan bekerja. 26 Keinginan bernafsu sepanjang hari, tetapi orang benar memberi tanpa batas. 27 Korban orang fasik adalah kekejian, lebih-lebih kalau dipersembahkan dengan maksud jahat. 28 Saksi bohong akan binasa, tetapi orang yang mendengarkan akan tetap berbicara. 29 Orang fasik bermuka tebal, tetapi orang jujur mengatur jalannya. 30 Tidak ada hikmat dan pengertian, dan tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN. 31 Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN.

Kitab Amsal kental sekali dengan pengajaran tentang kehidupan orang yang berhikmat dan yang tidak berhikmat, seperti halnya yang terdapat pada bagian ini. Sekali lagi, pengamsal memberikan gambaran yang mendetail tentang kehidupan orang yang tidak berhikmat. Contohnya, orang yang tidak mau menerima pengajaran (16); orang yang suka berfoya-foya dan gila harta (17); orang fasik dan pengkhianat (18, 27); orang yang suka bertengkar dan pemarah (19); orang yang bebal (20); orang yang kurang ajar dan sombong (24); orang yang malas (25).

Jika dilihat dari penampilan luar, orang yang tidak berhikmat tampaknya berkuasa dan kuat. Tetapi, sekuat apapun kekuasaan dan kekuatan yang dimiliki orang yang tidak berhikmat, sesungguhnya kemenangan ada di tangan Tuhan (31). Sedangkan orang yang berhikmat dipaparkan oleh pengamsal sebagai orang yang mengejar kebenaran dan kasih (21); orang yang memelihara mulut dan lidahnya (23); orang yang suka memberi (26); orang yang bersedia mendengarkan keluhan dan penderitaan orang lain (28); dan orang yang jujur (29). Sedalam apapun hikmat yang dimiliki oleh seseorang, pengamsal mengingatkan bahwa tidak ada hikmat dan pengertian yang dapat menandingi kemahatahuan Tuhan (30).

Pengajaran amsal pada bagian ini sangat indah, karena mengingatkan kita sekali lagi siapakah kita di hadapan Tuhan. Apapun yang kita perbuat, Tuhan tahu. Sebesar apapun kekuatan kita, tetap tidak dapat menandingi kemahakuasaan Tuhan. Sedalam apapun hikmat yang kita miliki, tidak dapat menyaingi hikmat Tuhan. Semua itu disebabkan oleh status serta kedudukan Tuhan sebagai Pencipta semesta alam, sedangkan kita hanyalah ciptaan-Nya yang fana. Kiranya pemahaman ini mendorong kita untuk lebih mengagumi, mengasihi-Nya, serta hidup seturut kehendak-Nya. [MFS]