Speed Action Do The Best
Friday, December 11, 2015
Monday, December 7, 2015
Pasanglah Telingamu
Santapan
Harian
Pasanglah
Telingamu
Amsal 22:17-29
Pasanglah telingamu dan dengarkanlah amsal-amsal
orang bijak, berilah perhatian kepada pengetahuanku. 18 Karena
menyimpannya dalam hati akan menyenangkan bagimu, bila semuanya itu tersedia
pada bibirmu. 19 Supaya engkau menaruh kepercayaanmu kepada TUHAN,
aku mengajarkannya kepadamu sekarang, ya kepadamu. 20 Bukankah aku
telah menulisnya kepadamu dulu dengan nasihat dan pengetahuan, 21
untuk mengajarkan kepadamu apa yang benar dan sungguh, supaya engkau dapat
memberikan jawaban yang tepat kepada yang menyuruh engkau. 22
Janganlah merampasi orang lemah, karena ia lemah, dan janganlah menginjak-injak
orang yang berkesusahan di pintu gerbang. 23 Sebab TUHAN membela
perkara mereka, dan mengambil nyawa orang yang merampasi mereka. 24
Jangan berteman dengan orang yang lekas gusar, jangan bergaul dengan seorang
pemarah, 25 supaya engkau jangan menjadi biasa dengan tingkah
lakunya dan memasang jerat bagi dirimu sendiri. 26. Jangan engkau
termasuk orang yang membuat persetujuan, dan yang menjadi penanggung hutang. 27
Mengapa orang akan mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak
mempunyai apa-apa untuk membayar kembali? 28 Jangan engkau
memindahkan batas tanah yang lama, yang ditetapkan oleh nenek moyangmu. 29
Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan
raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina.
Saat seorang anak acuh tak acuh terhadap teguran
orang tuanya, ada kalanya orang tua menjadi marah dan menjewer telinga anak
sambil berkata, "Di mana telingamu?". Semua orang tahu apa kegunaan
telinga, namun banyak orang yang tidak menggunakan fungsi telinga dengan baik
sehinnga berakibat fatal.
Dalam nas kini, kita melihat seruan Salomo
secara langsung, seolah-olah berbicara kepada seseorang secara pribadi. Ia
berulang kali menekankan kegunaan telinga. Ia menasihati agar kita untuk
sungguh-sungguh memasang telinga. Memasang telinga berarti menjadi tenang,
tidak lekas gusar dan suka marah. Saat seseorang penuh perhatian terhadap
pengetahuan dan selalu mendengar amsal para orang bijak, maka ia akan terbiasa
berjalan dalam hikmat. Contohnya, menghormati hak milik perorangan, tidak
memindahkan batas tanah dan mencuri tanah (22-23, bdk. Ul 19:14; 27:17), tidak
bergaul akrab dengan orang yang amarahnya meledak-ledak.
Tujuan memasang telinga antara lain: Pertama,
mendengar dan memperhatikan setiap ajaran. Kedua, membawa kepada kepercayaan
akan Yahweh (19). Ketiga, mendatangkan kepuasan yang melimpah (18). Keempat,
supaya mengetahui apa itu kebenaran, mampu membedakan dengan jelas antara yang
benar dan salah, hal mana menguntungkan diri dan orang lain (21, bdk. 1Ptr
3:15). Jika mau mendapatkan manfaatnya, maka kita harus mencerna,
mempraktikkan, menaati, dan menyerahkan diri ke dalamnya untuk dibentuk (bdk.
2:10).
Berapa banyak di antara kita yang memasang
telinga tetapi tidak mendengar dan memperhatikan kata-kata hikmat? Semua
pengajaran menjadi sia-sia karena sikap kita yang meremehkannya. Kita tidak
bisa berkata seperti ini, "Semua perkataan itu baik, tetapi tidak ada
artinya bagi kami." Tidak! Marilah kita bercermin diri pada hikmat dan
pengajaran. Pakailah hikmat dan ajaran tersebut saat kita berbicara maupun
bertindak, maka ia akan mendatangkan nama baik bagimu. [SB]
Kekayaan yang Halal
Santapan
Harian
Kekayaan
yang Halal
Amsal 22:1-16
Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan
besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. 2 Orang
kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN. 3
Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak
berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka. 4 Ganjaran
kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.
5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa
ingin memelihara diri menjauhi orang itu. 6 Didiklah orang muda
menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan
menyimpang dari pada jalan itu. 7 Orang kaya menguasai orang miskin,
yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi. 8 Orang yang
menabur kecurangan akan menuai bencana, dan tongkat amarahnya akan habis
binasa. 9 Orang yang baik hati akan diberkati, karena ia membagi
rezekinya dengan si miskin. 10 Usirlah si pencemooh, maka lenyaplah
pertengkaran, dan akan berhentilah perbantahan dan cemooh. 11 Orang
yang mencintai kesucian hati dan yang manis bicaranya menjadi sahabat raja. 12
Mata TUHAN menjaga pengetahuan, tetapi Ia membatalkan perkataan si pengkhianat.
13 Si pemalas berkata: "Ada
singa di luar, aku akan dibunuh di tengah jalan." 14 Mulut
perempuan jalang adalah lobang yang dalam; orang yang dimurkai TUHAN akan
terperosok ke dalamnya. 15 Kebodohan melekat pada hati orang muda,
tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya. 16 Orang yang
menindas orang lemah untuk menguntungkan diri atau memberi hadiah kepada orang
kaya, hanya merugikan diri saja.
Nas Amsal hari ini menunjukkan bahwa memiliki
kekayaan adalah baik, tetapi bukan yang terbaik dan terutama. Nama baik dan
kasih, jauh lebih berharga daripada kekayaan besar (1). Tetap saja ada orang
yang mengabaikan nama baik dan menggunakan cara-cara tidak halal untuk
mengumpulkan kekayaan. Contohnya, menumpuk kekayaan dengan menindas orang
lemah, memberi suap dan hadiah kepada orang kaya (16). Dengan cara seperti itu,
mereka berpikir bahwa dirinya akan menerima imbalan yang lebih besar.
Cara yang tidak halal akan sedikit lebih cepat
memperoleh hasil, sedangkan cara-cara yang baik dan benar akan memperoleh hasil
yang bertahan lebih lama. Apabila kekayaan diperoleh seseorang dengan cara-cara
yang tidak halal dan jahat, maka di kemudian hari orang tersebut akan menuai
bencana (8, 16). Sebaliknya, mereka yang jujur, mencintai kesucian hati,
menjaga nurani yang bersih akan menerima kedudukan, menjadi sahabat pemimpin
(11), dan diberkati. Ganjaran kerendahan hati dan takut akan Tuhan adalah
kekayaan, kehormatan, dan kehidupan (4).
Segala sesuatu termasuk kekayaan berasal dari
Allah (2). Kita harus selalu takut akan Dia di setiap hal yang kita lakukan,
baik dari sisi motivasi maupun perbuatan seperti: memiliki hati yang baik, dan
tidak kikir untuk berbagi rezeki kepada orang miskin (9, bdk. Ams 28:27).
Bagaimana cara kita selama ini dalam meraih
kekayaan, kemuliaan, dan kehormatan? Apakah dengan cara menindas orang lemah,
merampas hak orang miskin, atau menyuap orang kaya untuk melindungi diri dan
mencari muka? Sebagai anak-anak Allah, marilah kita mengerjakan bagian kita,
yaitu bekerja keras dengan cara yang halal dan sesuai kehendak Tuhan. [SB]
Friday, December 4, 2015
Diciptakan dengan Tujuan
Santapan
Harian
Diciptakan
dengan Tujuan
Amsal 21:1-15
Hati raja seperti batang air di dalam tangan
TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini. 2 Setiap jalan orang adalah
lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati. 3
Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban. 4
Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik,
adalah dosa. 5 Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan
kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami
kekurangan. 6 Memperoleh harta benda dengan lidah dusta adalah
kesia-siaan yang lenyap dari orang yang mencari maut. 7 Orang fasik
diseret oleh penganiayaan mereka, karena mereka menolak melakukan keadilan. 8
Berliku-liku jalan si penipu, tetapi orang yang jujur lurus perbuatannya. 9
Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan
perempuan yang suka bertengkar. 10 Hati orang fasik mengingini
kejahatan dan ia tidak menaruh belas kasihan kepada sesamanya. 11
Jikalau si pencemooh dihukum, orang yang tak berpengalaman menjadi bijak, dan
jikalau orang bijak diberi pengajaran, ia akan beroleh pengetahuan. 12
Yang Mahaadil memperhatikan rumah orang fasik, dan menjerumuskan orang fasik ke
dalam kecelakaan. 13 Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang
lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru. 14
Pemberian dengan sembunyi-sembunyi memadamkan marah, dan hadiah yang
dirahasiakan meredakan kegeraman yang hebat. 15 Melakukan keadilan
adalah kesukaan bagi orang benar, tetapi menakutkan orang yang berbuat jahat.
Tuhan menciptakan setiap manusia unik adanya.
Dia memberikan kita tubuh untuk dipakai bagi kemuliaan-Nya. Ironisnya, sering
kali manusia tidak memakai anggota-anggota tubuhnya sesuai tujuan yang Tuhan
tetapkan. Sebaliknya, kita justru memakainya demi kesenangan dan kenikmatan
dalam dosa, seperti yang digambarkan oleh pengamsal dalam bagian ini sebagai
berikut: mata yang congkak (4), hati yang sombong (4), lidah yang berdusta (6),
mulut yang suka bertengkar (9), dan telinga yang ditutup (13).
Pengamsal dengan tegas menyebutkan bahwa mata
yang congkak dan hati yang sombong adalah dosa. Lidah yang berdusta dan mulut
yang suka bertengkar adalah kesia-siaan. Telinga yang tertutup terhadap
kesusahan orang lain akan mendapat balasan dari Tuhan.
Lalu bagaimanakah seharusnya kita menjalani
hidup yang berkenan di hadapan Tuhan?
Pengamsal mengajarkan setidaknya ada empat hal
yang dapat kita praktikkan dalam hidup ini, yaitu hidup dengan melakukan
kebenaran dan keadilan (3, 15), berlaku jujur (8), bersedia diajar (11), dan
suka memberi (14). Keempat prinsip firman Tuhan ini akan menolong kita
menjalani hidup dan memakai tubuh kita sesuai tujuan Tuhan. Kiranya dengan
menerapkan keempat hal ini, mata dan hati terarah pada perbuatan yang benar dan
adil. Lidah dipakai untuk mengucapkan hal yang jujur; mulut kita dipakai untuk
hal-hal yang bijaksana dan mendidik; serta telinga kita senantiasa peka mendengar
jeritan sesama yang membutuhkan pertolongan dan kasih kita. Dengan demikian,
tubuh dan segenap keberadaan kita dapat dipakai sesuai kehendak dan
rencana-Nya. [MFS]
Allah, Kota Benteng Kita
Santapan
Harian
Allah, Kota Benteng Kita
Mazmur 46
Untuk pemimpin biduan. Dari bani Korah. Dengan
lagu: Alamot. Nyanyian. (46-2) Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan
kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti. 46:2 (46-3) Sebab itu kita tidak akan takut, sekalipun bumi berubah, sekalipun
gunung-gunung goncang di dalam laut; 46:3 (46-4) sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang
oleh geloranya. Sela 46:4 (46-5) Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran
sebuah sungai. 46:5 (46-6) Allah ada di dalamnya, kota itu tidak akan goncang; Allah akan
menolongnya menjelang pagi. 46:6. (46-7)
Bangsa-bangsa ribut, kerajaan-kerajaan goncang, Ia memperdengarkan suara-Nya,
dan bumipun hancur. 46:7 (46-8) TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah
Allah Yakub. Sela 46:8 (46-9) Pergilah, pandanglah pekerjaan TUHAN, yang
mengadakan pemusnahan di bumi, 46:9 (46-10) yang
menghentikan peperangan sampai ke ujung bumi, yang mematahkan busur panah,
menumpulkan tombak, membakar kereta-kereta perang dengan api! 46:10 (46-11) "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan
di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!" 46:11 (46-12) TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub. Sela
Pemazmur mengingatkan bahwa kita punya Allah
yang adalah kota
benteng kita. Perhatikan bagaimana pemazmur sangat menegaskan hal ini dengan
menyebutkannya sebanyak dua kali, yaitu di ayat 8 dan 12. Sebagai kota benteng, Allah
adalah "tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan
sangat terbukti" (2). Ayat ini juga menjadi ayat yang menguatkan Martin
Luther ketika ia sedang berada di dalam masa-masa sukar akibat ke-95 dalil yang
ia pakukan di pintu gereja Wittenberg .
Melalui ayat ini, Luther diteguhkan bahwa apapun kesukaran yang ia hadapi, ada
Allah yang menjadi tempat perlindungan dan benteng baginya.
Allah adalah kota benteng kita yang teguh. Oleh karena
itu, pemazmur mendorong kita agar di tengah kesukaran yang dialami, kita
memandang pekerjaan Tuhan (9) dan berdiam diri di hadapan-Nya (11). Frase
"pandanglah pekerjaan Tuhan" (9) mengacu pada tindakan mengingat apa
yang telah Tuhan kerjakan di dalam hidup kita dan di bumi ini. Ingat dan lihatlah
sekelilingmu! Perhatikan betapa Allah punya kuasa untuk mengatur segala sesuatu
demi kebaikan kita. Kemudian, frase "Diamlah dan ketahuilah bahwa Akulah
Allah" (11) menegaskan bahwa apapun yang terjadi dalam hidup kita,
hendaknya kita berdiam diri dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri, sebaiknya
mengandalkan Tuhan. Sekalipun bencana alam menimpa, didera sakit penyakit,
kemiskinan, pengkhianatan, atau persoalan hidup apapun yang membuat kita takut
dan gentar, maka pandanglah kepada Tuhan. Andalkanlah Dia senantiasa karena
Dialah kota
benteng kita yang teguh. [MFS]
Tuhan yang tak Tertandingi
Santapan
Harian
Tuhan yang
tak Tertandingi
Amsal 21:16-31
Orang yang menyimpang dari jalan akal budi akan
berhenti di tempat arwah-arwah berkumpul. 17 Orang yang suka
bersenang-senang akan berkekurangan, orang yang gemar kepada minyak dan anggur
tidak akan menjadi kaya. 18 Orang fasik dipakai sebagai tebusan bagi
orang benar, dan pengkhianat sebagai ganti orang jujur. 19 Lebih
baik tinggal di padang
gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah. 20
Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang
bebal memboroskannya. 21 Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan
memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan. 22 Orang bijak dapat
memanjat kota
pahlawan-pahlawan, dan merobohkan benteng yang mereka percayai. 23
Siapa memelihara mulut dan lidahnya, memelihara diri dari pada kesukaran. 24
Orang yang kurang ajar dan sombong pencemooh namanya, ia berlaku dengan
keangkuhan yang tak terhingga. 25 Si pemalas dibunuh oleh
keinginannya, karena tangannya enggan bekerja. 26 Keinginan bernafsu
sepanjang hari, tetapi orang benar memberi tanpa batas. 27 Korban
orang fasik adalah kekejian, lebih-lebih kalau dipersembahkan dengan maksud
jahat. 28 Saksi bohong akan binasa, tetapi orang yang mendengarkan
akan tetap berbicara. 29 Orang fasik bermuka tebal, tetapi orang
jujur mengatur jalannya. 30 Tidak ada hikmat dan pengertian, dan
tidak ada pertimbangan yang dapat menandingi TUHAN. 31 Kuda
diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan TUHAN.
Kitab Amsal kental sekali dengan pengajaran
tentang kehidupan orang yang berhikmat dan yang tidak berhikmat, seperti halnya
yang terdapat pada bagian ini. Sekali lagi, pengamsal memberikan gambaran yang
mendetail tentang kehidupan orang yang tidak berhikmat. Contohnya, orang yang
tidak mau menerima pengajaran (16); orang yang suka berfoya-foya dan gila harta
(17); orang fasik dan pengkhianat (18, 27); orang yang suka bertengkar dan
pemarah (19); orang yang bebal (20); orang yang kurang ajar dan sombong (24);
orang yang malas (25).
Jika dilihat dari penampilan luar, orang yang
tidak berhikmat tampaknya berkuasa dan kuat. Tetapi, sekuat apapun kekuasaan
dan kekuatan yang dimiliki orang yang tidak berhikmat, sesungguhnya kemenangan
ada di tangan Tuhan (31). Sedangkan orang yang berhikmat dipaparkan oleh
pengamsal sebagai orang yang mengejar kebenaran dan kasih (21); orang yang
memelihara mulut dan lidahnya (23); orang yang suka memberi (26); orang yang
bersedia mendengarkan keluhan dan penderitaan orang lain (28); dan orang yang
jujur (29). Sedalam apapun hikmat yang dimiliki oleh seseorang, pengamsal
mengingatkan bahwa tidak ada hikmat dan pengertian yang dapat menandingi
kemahatahuan Tuhan (30).
Pengajaran amsal pada bagian ini sangat indah,
karena mengingatkan kita sekali lagi siapakah kita di hadapan Tuhan. Apapun
yang kita perbuat, Tuhan tahu. Sebesar apapun kekuatan kita, tetap tidak dapat
menandingi kemahakuasaan Tuhan. Sedalam apapun hikmat yang kita miliki, tidak
dapat menyaingi hikmat Tuhan. Semua itu disebabkan oleh status serta kedudukan
Tuhan sebagai Pencipta semesta alam, sedangkan kita hanyalah ciptaan-Nya yang
fana. Kiranya pemahaman ini mendorong kita untuk lebih mengagumi,
mengasihi-Nya, serta hidup seturut kehendak-Nya. [MFS]
Thursday, December 3, 2015
Wednesday, December 2, 2015
Tuesday, December 1, 2015
Subscribe to:
Posts (Atom)